Senin, 29 Agustus 2022

Lonely Death : Saat Kesepian Menemani Saat Terakhirmu

Agustus 29, 2022 0 Comments

 Pernah nggak, kamu berpikir bagaimana kamu akan meninggal di kemudian hari? Apakah kamu akan meninggal dikelilingi oleh orang-orang yang mencintaimu atau justru kamu harus pergi dalam kesepian? 

Pertanyaan itu terus menerus berputar di kepalaku setelah aku membaca buku "Things Left Behind", buku kumpulan esai yang ditulis oleh Kim Sae Byoul.  Jika kamu adalah salah satu pecinta drama korea, pasti nggak akan asing dengan drama berjudul “Move To Heaven” atau justru itu adalah salah satu drama favoritmu? Ya, drama berjumlah 10 episode yang dibintangi oleh Lee Je Hoon ini memang terinspirasi oleh buku ini. 


Jika kamu bertanya kepadaku bagaimana aku menilai buku ini, aku nggak akan ragu untuk memberi nilai 10/10. Sebagai pecinta buku fiksi yang kadang merasa kurang menikmati buku non fiksi, buku ini sangat kurekomendasikan kepada orang yang baru pertama ingin mencicipi buku non fiksi. Gaya penulisan yang menggunakan metode story telling, mampu membawaku untuk terhanyut dalam setiap cerita yang ada di dalamnya. Bahkan nggak jarang, aku meneteskan air mata karena ceritanya yang sangat menyentuh hati. 


Ada satu kutipan di buku ini yang kemudian membuat pertanyaan di awal muncul di otakku, “Kematian seorang diri dalam kesepian tanpa ada yang mendampingi bukan menunjukkan bahwa dia mati dalam kesepian, melainkan dia hidup dalam kesepian.” Dan ditambah satu berita duka dari salah satu pengajarku saat kuliah yang baru ditemukan 3 hari setelah beliau meninggal, membuat pertanyaan itu semakin terngiang dalam kepalaku.


Apa Sih Lonely Death Itu???

Di Jepang lonely death biasa dikenal dengan Kodokushi, sementara di Korea mereka mengenalnya sebagai Godoksa. Keduanya memiliki makna yang sama. Dikutip dari web The Postech Times, lonely death ialah sebuah fenomena dimana orang-orang yang hidup sendirian kemudian ditemukan meninggal sendirian setelah beberapa waktu dari waktu asli kematian mereka. Terkadang mereka ditemukan dalam hitungan hari, tapi beberapa bahkan baru ditemukan berminggu-minggu hingga berbulan-bulan kemudian. Negara yang terkenal dengan angka lonely death yang tinggi ialah Jepang dan Korea Selatan dengan mayoritas korban ialah laki laki dalam usia lansia dengan rentang umur 40-60 tahun.


Kok Bisa ???

Mungkin kita bertanya-tanya, kok bisa sih ada orang yang meninggal sendirian sampai lama banget ditemuinnya, emang orang-orang sekitarnya nggak nyariin? Dari buku ini, aku bisa tahu ada banyak alasan mengapa seseorang dapat meninggal dalam kesendirian. Secara garis besar, aku menyimpulkan beberapa alasannya :

Menderita Depresi atau sakit keras

Seseorang yang menderita depresi memiliki kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan sekitarnya, baik itu dari lingkungan keluarga maupun pertemanan. Terkadang orang-orang di sekitar mereka yang tidak paham apa yang terjadi pada mereka akhirnya malah ikut menjauh. Menurut Kim Sae Byoul si penulis buku ini, sebenarnya kita dapat melihat tanda bahwa seseorang mulai menyerah dengan kehidupannya dari hal-hal kecil. Salah satunya adalah saat seseorang mulai berhenti untuk membersihkan rumahnya. Karena orang yang mulai menyerah akan hidupnya, cenderung tidak peduli dengan hal-hal kecil seperti itu.

Ada pula orang tua yang menderita sakit parah dan tidak mau keluarganya tahu hingga ia memilih untuk menyembunyikannya. Di buku ini diceritakan, bahwa ada seorang ayah yang anaknya tinggal di luar negeri. Setiap kali anaknya menghubunginya, ia mengatakan bahwa ia baik-baik saja padahal sebenarnya ia sendiri sedang dalam keadaan sakit keras. Suatu saat penyakitnya menjadi lebih parah hingga akhirnya ia pun meninggal dalam kesendirian. Anaknya yang baru tahu kemudian merasa begitu sedih sekaligus bersalah karena tidak tahu keadaan ayahnya. 


Kehidupan Yang Sibuk

Aku sibuk, kamu sibuk, kita semua sibuk berkutat dengan kehidupan masing-masing. Hingga tanpa kita sadari, terkadang kita melupakan diri kita maupun orang-orang di sekitar kita. Ditambah juga dengan pola hidup yang tidak sehat seperti makan sembarangan, kurang minum air putih dan kurang bergerak. Dampaknya, penyakit seperti jantung koroner, stroke, diabetes dan penyakit lain yang bisa kapan saja menyerang kita yang bahkan terkadang membawa kematian bersamanya. Kematian itu tak melihat apakah kita sedang bersama keluarga kita atau dalam hidup sendirian dalam perantauan.

Beberapa waktu lalu, aku sempat membaca sebuah berita yang lewat di linimasa twitterku. Walaupun bukan berita terbaru, tetapi tetap membuatku terhenyak. Tentang seorang mahasiswa yang ditemukan meninggal sendirian dalam kamar kosnya setelah mengerjakan skripsi selama tujuh hari tanpa istirahat. Pikiranku langsung teringat saat aku mengerjakan tugas akhir yang membuatku lelah secara mental dan fisik, bahkan aku hampir menyerah karena stres. Cukup sedih saat membayangkan bagaimana mahasiswa itu harus melewati semuanya sendirian, karena mungkin teman-temannya juga sedang dalam masa sibuk mengerjakan skripsi.


Terus Kita Harus Gimana???

Membaca isi buku ini dan mengamati kasus-kasus yang terjadi di sekitarku tentang masalah ini, ada beberapa hal yang bisa kita lakuin nih untuk mencegah terjadinya lonely death di sekitar kita, yaitu :

  • Saling berbagi kabar dengan orang-orang di sekitar kita. Bisa dengan keluarga atau sahabat terdekat. Dengan saling bertukar kabar ini, tidak hanya mereka jadi tahu keadaan kita tetapi kita juga tahu keadaan mereka.
  • Sesibuk apapun, jangan lupa menjaga kesehatan tubuh. Kita bisa memulai dengan hal-hal kecil seperti memilih makanan yang lebih kaya gizi, meminum air putih sesuai kebutuhan tubuh. Atau kita bisa mengambil jeda sebentar, tiap kali kita merasa kelelahan. 
  • Bukan hanya berbagi kabar, sempatkan juga waktu untuk orang-orang yang kita sayangi. Bahkan walaupun hanya sekedar pergi makan bersama selama sejam dengan teman atau mengunjungi orang tua. Beberapa temanku yang merasa kesulitan untuk bercerita lewat telepon, menjadi lebih bebas bercerita saat bertemu langsung. Dari situ aku terkadang baru tahu bahwa mereka melewati waktu yang sulit. 
  • Cari bantuan. Kapanpun kamu merasa nggak baik-baik saja, nggak masalah buat cari bantuan. Jangan malu untuk pergi ke psikolog atau psikiater. Cari teman atau saudara yang mau mendengarkanmu dan ngasih kamu dukungan. 


Follow me @olaole22